Nama : Alfin Azrialdy Akbar
NPM : 10511586
Kelas : 2PA05
Konsep
sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara
bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan
menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan.
WHO pun
mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957,
konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh
yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang
dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan
sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional
Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah
dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri
dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Menurut
Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi Kesehatan
Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada
pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu
mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah
satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang
terkandung dalam kata yang tidak disebut. Dalam kamus bahasa arab sehat
diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan
sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan
tipudaya.
Konsep
kesehatan mental berdasarkan dimensi :
·
Emosi
Orang
yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya
mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak
berlebihan.
·
Intelektual
Dikatakan
sehat secara intelektual yaitu jika
seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas.
Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
·
Sosial
Sehat
secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan
baik dengan sekitarnya, mampu untuk bekerja sama.
·
Fisik
Dikatakan
sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah
sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
·
Spiritual
Sementara
orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi
ketenangan jiwa dengan id mereka Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya
jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran
sehingga bisa berpikir rasional.
Teori Perkembangan Kepribadian menurut para tokoh
Teori
Perkembangan Kepribadian menurut Sigmun Freud
Teori
psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu
energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu
untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada
fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
Id
merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego
dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan
menghindari yang tidak menyenangkan.
Ego
merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional
berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara
realistis,yaitu dimana Ego berfungsi
untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan
kenyataan.
Super
Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan
orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati
nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau
salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Menurut
Freud fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut
libido. Libido insting kehidupan yang bersifat seksual yang ada sejak manusia
lahir. Ada 6 fase yang membagi perkembangan manusia menurut Freud:
·
Fase oral (0-1 tahun) : Disini anak mendapatkan
kenikmatan dan kepuasan dengan berorientasi pada mulut. Kontak sosial lebih
bersifat fisik seperti menyusui. Peran sosial biasanya dipegang oleh ibu.
·
Fase anal (1–3 tahun) : Pada fase ini kenikmatan
berpusat didaerah anus, seperti saat buang air besar. Inilah saat untuk
mengajarkan disiplin pada anak.
·
Fase falik (3–5 tahun) : Pusat kepuasan pada fase
ini adalah alat kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis laki-laki
dan perempuan, dan biasanya difigurkan oleh ayah dan ibu. Pada anak laki-laki
terjadi Oedipus Kompleks atau gairah seksual.
·
Peride laten (5–12 tahun) : Meupakan masa tenang
dimana anak mulai mengembangkan kemampuan motorik dan kognitifnya. Anak mulai
mencoba menekan rasa takut dan cemas. Anak mulai mencari fugur ideal saat ia
dewasa, homoseksual alami mulai bisa terlihat pada masa ini.
·
Fase genital ( > 12 tahun ) : Tahap kematangan
pada alat reproduksi, pusat kepuasaan berada di daerah kelamin. Disini libido
mulai diarahkan untuk hubungan heteroseksual. Dan mulai merasakan cinta kepada
lawan jenis.
Teori
Perkembangan Kepribadian menurut Erik Erikson
Teori
Erikson ini mendasarkan teori pada libido. Maka dari itu teori ini sangat
dipengaruhi oleh psikoanalisa Freud. Disini yang dikembangkan adalah konflik
yang terjadi di dalam perkembangan seseorang. Konflik yang timbul ini akan
menimbulkan krisis. Sedangkan apabila krisis yang erjadi terselesaikan, maka
akan mempengaruhi perkembangan individu. Menurut Erikson krisis disini bukanlah
suatu yang buruk, tetapi merupakan titik tolak perkembangan psikososial Erikson
dibagi menjadi delapan tahap:
·
Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan Dasar Vs
Kecurigaan Dasar) -0-1th
Kebutuhan
akan rasa aman dan ketidakberdayaan menyebabkan konflik yang dialami oleh anak
dalam tahap ini adalah kepercayaan. Bila rasa aman terpenuhi, maka akan
berkembang pula kepercayaan nya pada lingkungan. Dan sebaliknya bila terganggu
dengan lingkungan, maka akan sulit untuk mengembangkan kepercayaan. Ibu
memegang peranan penting pada masa ini.
·
Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi Vs Perasaan
Malu dan Keraguan - raguan) -2-3th
Pada
masa ini organ dan fungsi tubuh sudah mulai masak dan terkoordinasi, anak dapat
melakukan gerakan secara lebih bervariasi. Dan karena itu konflik yang di hadapi
pada masa ini lebih kepada pengakuan, pujian untuk mengembangkan percaya diri.
Kedua orang tua memegang peranan penting pada masa ini.
·
Initiative vs Guilt (Inisiatif Vs Kesalahan) – 3-6th
Disini
anak sudah mulai berinisiatif atau memiliki perasaan bebas untuk melakukan
sesuatu. Tapi bila dia mengembangkan keraguan sebelumnya, maka yang akan
berkemban malah rasa bersalahnya.
·
Industry vs Inferiority (Kerajinan Vs Inferioritas)
-6-11th
Anak
mulai dapat berfikir logis dan sudah mulai bersekolah. Konflik yang di hadapi
pada masa ini adalah perasaan sebagai seorang yang mampu atau perasaan rendah
diri. Bila ia mengembangkan kemampuannya
maka akan berkembang pula gairah untuk lebih produktif.
·
Identity vs Role Confusion (Identitas Vs Kekacauan
Identitas) – mulai 12 th
Anak
lebih di hadapkan pada tutuntan untuk lebih mengenal dirinya di mana dia sudah
mulai harus memikirkan masa depannya. Konflik yang dihiadapi adalah perasaan
menemukan jati dirinya atau malah kekaburan diri.
·
Intimacy vs Isolation (Keintiman Vs Isolasi)
Individu
sudah mulai mencari pasangan hidup. Konflik yang dihadapi pada masa ini
tentunya adalah kesiapan untuk
berhubungn dengan orang lain. Seseorang yang telah melewati tahap ini akan
mendapatkan perasaan kemesraan dan keintiman.
·
Generativity vs Self-absorbtion (Generativitas Vs
Stagnasi)
Konflik
atau krisis yang dihadapi adalah dimana muncul perasaan tuntuan untuk membantu
orang lain diluar keluarganya, seperti masyarakat umum. Disini pengalaman yang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bebrbuat sesuatu di masyarakat.
·
Ego Integrity vs
Despair (Integritas Vs Keputusasaan)
Pada
masa ini seseoarang akan mulai menengok masa lalu. Prestasi dan segala sesuatu
yang didapat di masa lalu akan menghasilkan kepuasan. Dan apabila apa yang
diraih pada masa lalu tidak sesuai dengan yang di harapkan, maka akan
menimbulkan rasa kecewa.
Teori Perkembangan
Kepribadian menurut Allport
1.
Sifat (Trait)
Di
dalam kepribadian terdapat sifat dasar yakni : (Nyata, Berkembang, Fleksibel,
Empirik dan Kemandirian yang relatif). Nah dari 5 sifat dasar ini, terdapat
sifat umum dan sifat khusus yang berkembang pada tiap-tipa sifat dasar.
2.
Traits-Habit-Atitud
Dalam
struktur ini, dinyatakan bahwa kepribadian dapat di bentuk karena sifat dasar,
kebiasaan, sikap dalam menghadapi sesuatu, dan kategori nomotetik.
3.
Trait dan Konsistensi Pribadi
Struktur
ini mengarah pada praktikum stimulus-respon. Dia membagi atas 3 trait di dalamnya
yaitu (gregorius=suka berteman);(shyness=pemalu) dan (self esteem=kepercayaan
diri).
4.
Propium
Propium
ini adalah struktur yang membahas tentang perkembangan baik itu dalam emosi,
kecakapan individu, kemampuan persepsi dan tujuan hidup seseorang.
Perkembangannya sama dengan perkembangan sigmund freud, ia membaginya dalam 5
tahap yaitu Oral,Anal, Phalic, Laten dan Genital.
5.
Motivasi
Kekuatan
dari struktur motivasi dalam pribadi menurut Gordon allport berbeda dengan yang
lain, dimana ia mengatakan bahwa yang paling menunjang dalam motivasi ialah
kemampuan kognitif dan perencanaan hidup. Dari dua hal itu, ia mampu membentuk
motivasi dalam dirinya karena ia telah memiliki kemampuan kognitif dan
perencanaan.
6.
Otonomi Fungsional
Otonomi
fungsional adalah struktur yang membahas tentang keanekaragaman pribadi. Kenapa
ada yang suka membaca? Kenapa ada yang suka Melukis? itulah yang disebut dengan
keanekaragaman pribadi yang dibagi dalam dua tingkat otonomi yaitu: Kebiasaan
dan Minat. Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari keterikatan lingkungan
kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang banyak pemain bola, maka
kita akan ikut juga untuk bermain bola, sedangkan Minat adalah stuktur yang
terbentuk dari kesadaran akan target yang kita inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar